Profesi atau pekerjaan diri atau pasangan terkadang satu paket dengan yang namanya jodoh. Pengennya sih dulu jadi pramugari atau ahli astronomi, eh ternyata pada kenyataannya jadi paramedis dan sekarang ternyata menjadi seorang penulis. Anggap saja sebagai jodoh yang dipilih dan diusahakan.
Pernahkah Sahabat bertanya bagaimana seorang penulis menggoreskan kisahnya dalam cerita fiksi dan apapun yang ia tuliskan, dari mana sih idenya?
Mengenal sosok di dunia nyata terkadang bersebrangan dengan apa yang ia tuliskan? Salahkah? Tentu saja tidak, karena seorang penulis juga manusia yang tak luput dari salah dan khilaf.
Ada beberapa realitas hidup seorang penulis versi saya. Untuk yang berprofesi sama sebagai penulis, apakah hal ini sama dengan Sahabat?
1. Waktu Teramat Berharga bagi Seorang Penulis, Apalagi Soal Deadline Tulisan
Seorang penulis, IRT dan ibu bekerja part time seperti saya sering kali merasa waktu yang dimiliki cukup terbatas. Sehari 24 jam sepertinya kurang bagi seorang penulis apalagi kalau dikejar Deadline. Hehe ...
Deadline tak mengenal waktu, ketika penulis profesional sudah kenal DL, maka sebisa mungkin ia akan menyelesaikan tulisannnya. Klien dan tulisan yang harus dibuat adalah amanah bagi saya untuk ditepati.
Deadline tak mengenal waktu, ketika penulis profesional sudah kenal DL, maka sebisa mungkin ia akan menyelesaikan tulisannnya. Klien dan tulisan yang harus dibuat adalah amanah bagi saya untuk ditepati.
2. Percayalah Seorang Penulis pun Ingin Punya Waktu Me Time bahkan Family Time
Penulis juga manusia, ia pun terkadang butuh recharge energy. Di sela aktivitasnya yang padat, ia juga butuh merefresh diri.
Percayalah seorang penulis yang juga ibu bahkan seorang istri suka sekali menghabiskan waktu bersama keluarga, hanya saja harus mengerti di kala ia harus menyelesaikan tulisannya, ada kalanya ia tetap berkutat dengan laptop atau gawai alias handphone.
Seorang penulis terkadang ditagih kapan tulisannya dikirimkan meski sedang family time sekali pun. Inilah yang bikin penulis galau di satu sisi harus menyelesaikan amanah dan di sisi lain keluarga pun butuh perhatiannya.
3. Seringkali Waktu Istirahatnya dikorbankan untuk Menulis disela Aktivitasnya
Terbangun di tengah malam adalah hal biasa bagi sebagian penulis. Adakalanya sebuah tulisan lahir saat penulis sedang merenungkan semua yang terjadi atau mencari riset mengenai tulisannya.
Sebuah fakta membuktikan bahwa seorang penulis kehilangan waktu istirahatnya untuk menulis. Bagi seorang penulis, menulis adalah passionnya, maka kehilangan waktu istirahat sudah ia relakan. Mungkin solusi lain adalah menyiapkan tolak angin. 😅
4. Banyak hal yang Mau ia Bagikan dalam Tulisannya, dari Dialog bahkan Kejadian Sehari-hari pun Jadi Ide Menulis
Berhati-hatilah dengan seorang penulis, apapun bisa jadi inspirasi menulis. Mungkin di dunia nyata ia diam, tapi ternyata ia menuliskan semua kisah dalam tulisannya. Dari dialog bahkan kehidupan sehari-hari pun bisa menjadi ide menulis.
5. Seorang Penulis Suka Jika Tulisannya dibaca Banyak Orang, karena Pesan yang Ia Sampaikan akan Melekat pada Pembacanya
Tulisan yang dibaca apalagi berpotensi viral begitu membahagiakan seorang penulis. Ia menitipkan pesan di setiap tulisannya. Tulislah kebaikan agar hanya kebaikan saja yang diterima pemiliknya.
6. Mengertilah terkadang Menulis pun butuh Penghargaan, Bukan Seberapa Besar Ia Dibayar untuk Tulisannya tapi Bagaimana Merespon Hasil Karyanya
Bagi seorang penulis, terkadang fee bukan segalanya. Ada kalanya tulisan yang ia buat sudah dimuat di media dibaca banyak orang pun, hati penulis sudah berbunga-bunga.
Jika sudah ada perjanjian kerja sama dengan penulis hargailah usahanya karena sebuah tulisan lahir dari perjuangan, mulai dari mencari ide, riset bahkan eksekusi menulis untuk para IRT yang bergelut dengan semua aktivitasnya.
Berilah respon yang baik bagi penulis, jika ia merasa dihargai maka penulis pun semakin bersemangat untuk berkarya.
Berilah respon yang baik bagi penulis, jika ia merasa dihargai maka penulis pun semakin bersemangat untuk berkarya.
Jika sudah menetapkan passionmu adalah menulis, teruslah berkarya, tetap konsisten meski banyak halangan dan rintangan menghalangi jalanmu.
7. Ada Hal yang Tak Bisa diungkapkan Seorang Penulis di Dunia Nyata tapi Bisa Terbaca dari Tulisannya
Terkadang seorang penulis mampu menyembunyikan luka dan kepedihannya di dunia nyata, tapi semua terbaca dari tulisan yang ia buat.
Daripada curhat yang enggak penting, seorang penulis lebih memilih berkarya dengan tulisannya. Percayalah seorang penulis pun punya kehidupan nyata yang tak lepas dari berbagai masalah kehidupan.
Setiap tulisan yang ditulis dengan hati akan menyentuh pembacanya. Saya mempercainya hal ini. Demikianlah realitas hidup seorang penulis.
Bagaimana Sahabat, tertarik berteman atau punya pasangan seorang penulis? Jika iya, terimalah realitas hidupnya.
Sangat senang berteman dengan para penulis, apalagi yang masih muda-muda, serasa usia saya lebih muda beberapa tahun dari aslinya😊😁
ReplyDeleteBerasa awet muda,ya, Mbak. 😊
Deletepoin nomor 7 tu paling kerasa kalo lagi baca tulisan orang, hihi
ReplyDeletenice post mba
Hihi ... semua terbaca dari tulisannya. Diangkat dari kisah nyata soalnya.
DeleteAda pepatah: jangan coba2 menyakiti hati seorang penulis, atau namamu akan abadi ada di setiap tulisannya hehehehe. Menulis sebagai penghilang stres untuk saya. Thanks mba untuk artikelnya :D
ReplyDeleteBegitulah, Mbak. Hehe ... sama-sama 😊.
DeleteMenulis jadi terapi untuk Menghilangkan stress atau kesedihan.
Aku masih lebih nyaman menyebut diri sendiri sebagai blogger daripada writer. Kalo writer itu macam tahta tertinggi, beratttt gituuu, kudu ngerti KBBI, aturan nulis dll. Sementara aku gak terlalu suka aturan nulis yang aku gak mudeng 🤣🤣🤣
ReplyDeleteBlogger juga penulis, Mbak Inna 😊. Kadang saya juga suka miss soal aturan KBBI, sering typo walau udah diself editing. Ya gitu deh. Mungkin karena passionnya nulis jadi menikmati aja.😄
DeleteOtw cari jodoh penulis deh. hahaha
ReplyDeleteUntuk perempuan yang cita-citanya tinggal di rumah tapi masih ingin tampil berkarya, kurasa menulis bisa jadi alternatif.
Colek si akang. Haha ... yes, jadi alternatif berkarya dan berpenghasilan dari rumah
DeleteMewakili suara hatiku bgt
ReplyDeleteBenerrrr
Apa yg ditulis kadang apa yg g ia ungkpkn d dunyat mb
Prnah ditagih pas lg piknik
Tidur malem bangun dini hari
Nulis smbil gendong
Bnykk
Ini bener smua yg mb tuliss wkk
Iya, nih, Mbak. Soalnya kejadiannya based on true story. Hehe ... Saya juga ngalamin kayak gitu 😅
Deletesetuju banget mbak.... tulisan ini membuat saya berkaca-kaca hihihi
ReplyDeleteHihi ... sebenarnya ada satu lagi, tapi nanti saya bikin di kesempatan lain. Seringnya orang berkomentar. Di rumah aja? Atau Enggak kerja, Mbak? Dia aja enggak tahu kalau diem di rumah penulis ngapain aja. Hehe
DeleteBegitulah kehidupan seorang penulis. Masih mau sama penulis? Hehehe
ReplyDeleteHehe ... mungkin sebenarnya kalau udah jodoh, ya, mau diapain lagi 🙈😅
DeleteSalut sama penulis yang bisa menghadapi realita kehidupannya...
ReplyDeleteLuar biasa 😍
Menulis itu terapi juga, Mbak. Hehe ... daripada mengeluh dll, mending berkarya. Lebih positif.
DeleteTolak angin dan kerokan...😂
ReplyDeleteItulah nikmatnya jadi penulis. Saya baru belajar dan baru saja mengenal dunia literasi, ternyata nyanduuuu
Aku enggak biasa dikerok, langgangan beli tolak angin. Harus nyetok banyak. Halah ... Emang nyandu, sih. Soalnya jadi kepuasan tersendiri. Nulis sebagai terapi juga ditengah hiruk pikuknya dunia.😅
DeleteKerasa banget yaa yang namanya berkejaran dengan DL. berasa 24 jam sehari aja gacukup dan berujung ga kepegang itu tulisan haha. Dan overall aku sangat menikmati proses apa yang aku tekuni sekarang sebagai passion. Terus berjuang ya mbaa
ReplyDeleteIdem, ya. Ternyata samaan 😄
DeleteCita² saya dlu pramugari & astronot 😂 Lalu beralih jadi jurnalis. Sekarang nggak nyangka nyemplung di dunia menulis. Memang jodoh itu tak ke mana ya, baik jodoh manusia maupun jodoh profesi.
ReplyDeleteIsh, ish, ish ... sampai terinspirasi jadi status fb. Haha 😅
DeleteHampir sama dengan yang saya pikirin, Mbak :)
ReplyDeleteWaktu jadi berharga banget. Family time pun klo bisa dlm rangka menulisk, spt hari ini. Ngajakin semua anggota keluarga tuk hadir di bedah buku. Nantinya acaranya mau saya tulis, hehe.
Pastinya, saya selalu izin misua jika ada tugas atau proyek. Jika ga memungkinkan ya ga saya ambil.
Makasih sharingnya ya :)
Ceritanya saya lagi curhat yang dibikin artikel. Hehe ... iya, Mbak. Saya juga jalan-jalan, foto-foto, ntar dibikin tulisan. Bener banget harus ada izin kalau enggak, takut enggak Berkah, ya 😊
Delete