Foto bareng rekan di Laboratorium, via dokumentasi pribadi |
Sejujurnya saya sedih sekali dengan pemberitaan sekarang ini. Baik Tenaga medis maupun paramedis seperti rekan saya yang bertugas sebagai Ahli Tenaga Laboratorium Medik berjuang melawan Corona.
Bahkan, diantara mereka ada yang
meninggal karena kasus Corona, contohnya saja beberapa dokter yang meninggal karena menangani kasus Covid-19.
Sebagai salah seorang paramedis, saya punya beragam curhatan hati semenjak dulu bekerja di balik layar, yaitu di laboratorium rumah sakit maupun swasta.
Saya pernah melanjutkan kuliah dari d3 ke d4 jurusan Analis Kesehatan yang sekarang berganti nama menjadi ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik di tahun 2012 dan lulus di tahun berikutnya sebagai S.ST alias sarjana sains terapan.
Saat wisuda sarjana Sains Terapan with my lovely Mom, via dokumentasi pribadi |
Meski gelar ini tersimpan rapi di rumah, dulu saya pernah juga jadi salah satu asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung. Rasanya jadi kangen ke masa itu.
Awalnya saat saya lulus kuliah di tahun 2006 setelah mengenyam pendidikan selama tiga tahun di Poltekkes Depkes atau sekarang berganti nama jadi Poltekkes Kemenkes Bandung. Saya sempat enggak kerja selama tiga bulan dan atas saran saudara yang tinggal di Pandeglang saya coba melamar kerja di salah satu RSUD Banten.
Wisuda D3 Analis Kesehatan atau ATLM, via dokumentasi pribadi |
Saya hanya beberapa bulan kerja di sini karena sedihnya gaji saya di sini hanya sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah di tahun 2006 sebagai tenaga kerja kontrak. Padahal gaji art aja udah tiga ratus lima puluh ribu rupiah saat itu. Sedihnya ...
Kasihan banget mama saya yang tiap bulan masih ngirim uang buat kebutuhan hidup saya. Saya akhirnya melepas pekerjaan di RSUD dan akhirnya dapat kerjaan di Lab Swasta di Bandung. Gajinya lumayanlah dapat delapan ratus ribu rupiah di tahun 2006 yang lalu.
Saya pun tetap mencari-cari pekerjaan baru dan melamar ke salah satu laboratorium swasta terbesar di Bandung. Tepat di Bulan Juli 2007, saya akhirnya diterima di salah satu Lab Klinik Utama Swasta yang ada di Jalan Riau, Bandung.
Hampir lima tahun berkerja di sini, banyak banget kenangan yang tersimpan selama berkerja di lab yang satu ini. Keuntungan pertama kerja di tempat baru dan jadi Salah satu laboratorium swasta yang cukup dikenal di Bandung adalah saya bisa mandiri secara finansial.
Saya bahkan bisa langsung ngebeliin mama mesin cuci dari hasil kerja saya, alhamdulillah dari gaji pertama saya bisa ngasih sesuatu buat Mama.
Saya pas lagi kerja di sana mungkin kurang sabar aja sama lingkungan kerja, hehe ... cepet jenuh dan kadang suka kesiangan karena harus masuk jam 06.00 Wib teng. Telat dikit aja potong gaji kalau udah tiga kali berturut-turut.
Saya juga ketemu banyak temen, kakak kelas yang baik-baik. Saya inget dulu pernah ditegur karena jarang dandan, padahal penampilan is a must di sana. Soalnya make up saya paling hanya bedak sama lip balm aja dulu. Polos banget pokoknya.
Kangennya saya saat kerja di lab itu adalah pas kerja bareng sesama rekan analis Kesehatan atau ATLM yang punya rasa care tinggi antara satu dengan yang lain. Sejak saya kerja sift siang selama setahun lebih, pas pulang malam selalu ditawarin jemputan sama temen yang searah ke rumah saya di Gunung Batu.
Bersama rekan Perawat, Fo, Radiologist, Keuangan dan Kacab lab, via dokumentasi pribadi |
Saya inget juga pas pindah kerja ke salah satu cabang di Pajajaran ada medical cek up yang luar biasa banget ngerjain orang lab. Maksudnya sampai petugas lab mesti ngerjain sampel hingga jam 3 pagi.
Saat itu kebetulan saya lagi enggak fit dan lagi istirahat di rumah tapi kasian juga temen saya yang kudu lembur hingga jelang subuh berhubung medical cek up ada di luar kota dan petugas lab harus standby ngerjain sampel medis di hari itu juga.
Mungkin yang enggak tahu dalemnya kerja di lab swasta terkenal pasti lihatnya yang enak-enak aja, gaji besar, pakaian rapi, kerjaan nyaman, ... bener juga sih tapi di balik suka, ada dukanya juga.
Itulah warna warni kehidupan. Sekarang kalau inget itu malah kangen kerja lagi, tapi sekarang dunianya udah beda.
Setelah saya memilih resign di lab tadi yang udah nemenin saya selama hampir lima tahun, saya melanjutkan kuliah D4 dan pernah kerja jadi asisten dosen di salah satu kampus kesehatan swasta di Bandung.
Foto Angkatan Analis D47, via dokumentasi pribadi |
Wisuda D4 Analis Kesehatan atau ATLM, via dokumentasi pribadi |
Seru banget punya kesempatan berbagi ilmu sama mahasiswa kesehatan. Beginilah dunia Kami, para asdos pas lagi off ngajar.
Seru-seruan di luar jam kuliah mahasiswa, via dokumentasi pribadi |
Seneng, sih, sebenarnya bisa nemu dunia baru di bidang pendidikan. Saya senang berbagi ilmu sama mereka. Dulu pas saya memutuskan nikah saya skip dulu kuliah S2 dari kampus.
Saya juga sempat kerja di lab pratama punyanya adik kelas tapi enggak lama juga, soalnya habis itu saya nikah di tahun 2014.
Saya juga pernah kerja part time di laboratorium swasta di Cimahi. Ini adalah tempat ternyaman buat saya Karena kekeluargaannya lekat banget, kerjaan juga enggak terlalu hectic, pokoknya tempat ternyaman selama kerja, ya, di Lab Cimahi ini.
Akhirnya saya memutuskan buat full time di rumah. Menekuni dunia literasi atau menulis kayak sekarang yang saya lakukan adalah dengan sounding via blogging.
Kayak sekarang stay at home memang udah jadi hal biasa buat saya. Sejujurnya saya udah pengen jalan-jalan tapi tetep ikutin anjuran social distancing dan stay at home.
Baca juga : Realitas Stay at Home setelah Dua Pekan diberlakukannya Social Distancing
Buat rekan saya para Ahli Tenaga Laboratorium Medik, saya paham kondisi APD yang menipis di Lab RS atau Puskesmas.
Foto dari rekan ATLM, via dokumentasi bersama |
Di tengah kondisi penyebaran virus Corona sekarang ini. Semoga kalian tetep semangat bertugas dan menjalankan peran mulia sebagai tenaga kesehatan.
Save ATLM, via dokumentasi bersama |
Doa saya buat kalian, semoga sehat selalu, ya. Saya bantu via tulisan dan doa saja.
Selamat bertugas para ATLM Indonesia, via dokumentasi bersama |
Itulah sepenggal memori saya sebagai seorang paramedis atau Ahli Tenaga Laborarium Medik, yang dulu pernah berkerja di Lab RSUD, lab swasta, ngajar di kampus juga dan kini mau serius menekuni passion menulis. Semoga Allah SWT menjaga Kita semua. Aamiin.
Salam,
Baca ceritamu seru kak, sempet pindah-pindah kerja, tapi konsisten ya di labolatorium dan mayoritas di bidang kesehatan... Apa pun alasan kamu memutuskan full time di rumah, semoga berkah ya mba... :)
ReplyDeleteLika-liku kehidupan, Mbak. Hehe ... makasih udah mampir.
DeleteKak izin bertanya, dan jika berkenan mohon jawabannya. Saya berkuliah di D4 TLM salah satu Poltekkes negri, tetapi saya selalu dikhawatirkan dengan masa depan prospek analis kesehatan. Karena jujur saya mengharapkan kehidupan yang sejahtera, dengan kata lain berpendapatan tinggi setelah lulus, karena latar belakang saya bukan keluarga upper class, orang tua saya untuk membiayai saya kuliah saja sangat pas" an, jadi rasanya kurang realistis jika masa depan saya di analis kes hanya sebatas "tugas kemanusiaan" tanpa bisa membantu orang tua dalam hal finansial. Ada beberapa pernyataan yang saya harap kaka bantu jawab secara objektif:
Delete1. Apakah rata-rata pendapatan seorang Analis kesehatan hanya sebatas UMR?
2. Apakah resiko dan tanggung jawab (tuntutan kerja) analis kes dengan pendapatannya tidak sebanding? (Tolong kesampingkan dulu term "tugas kemanusiaan")
Salut sama para tenaga media yang saat ini bekerja keras untuk mengatasi wabah corona. Semoga mereka selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk menghadapinya. Dan semoga wabah ini bisa segera cepat berlalu.
ReplyDeleteAamiin, mereka itu punya risiko tinggi tertular penyakit, enggak pernah libur kalau pas kebagian kerja di RS. Salut.
Deletewah keren ini, semoga selalu sukses
ReplyDeleteAamiin, terima kasih, Mbak Tira
DeleteSalut sekaligus sedih melihat apa yang dilakukan para nakes yang bertindak di garda depan menghadapi wabah virus ini. Semoga wabah ini segera berakhir dan para nakes senantiasa diberi kesehatan.
ReplyDeleteKusedih pas tahu ada nakes yang meninggal karena Corona. Meski engga ikut kerja lagi tapi ikut empati banget
DeleteAku baru tahu kalau dirimu tenaga medis mba. Salut buat tenaga medis. Semoga semua lelah jadi jalan menuju surga, aamiin.
ReplyDeleteIyes, Mbak Litha. Dulu pas sebelum nikah dan punya anak masih kerja di Lab. Aamiin
Deletesalut buat tenaga medis ya, mbak. Semoga mereka selalu diberi kesehatan, dan apa yang mereka korbankan mendapata ganjaran terbaik dari Allah SWT.
ReplyDeleteKlo masalah kerja, emang semakin tinggi gaji biasanya semakin banyak tantangannya. Kalau bisa itu dapat kerja yang bosnya ngayomi, lingkungan kerja kekeluargaannya bagus, kerjaannya kita sukai ataus esuai passion, dan dapat gaji nya sesuailah (besar), itu juga seperti surganya dunia. hehehehe
Aamiin, iya, Mbak namanya juga kerja, ya. Sekarang malah kadang kangen pakai jas lab.
DeleteWaahh si ahli lab ternyata.
ReplyDeleteBtw saya dulu waktu mau lahiran kan diambil darahnya ama suster, sakit banget.
Pas berikutnya orang lab yang ambil sendiri ke kamar, daaann suprised nggak kerasa ambil darahnya, saking udah ahlinya kali ya :D
Salut deh ama petugas lab yang tiap hari berkutat dengan sample :D
Kalau pas di lab utama swasta, yang harus sampling atau ambil darah pasien, ya, perawat. Petugas lab hanya sesekali. Emang kalau ada yang bilang orang lab ngambil darah enggak sakit, sebenarnya ada triknya, tergantung mood petugas, sama kondisi pembuluh darah pasien. Jadi memang petugas lab itu atau ATLM kerjanya di balik layar, mereka yang membantu dokter menegakkan diagnosis atau penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan lab.
DeleteOalahhh gitu ya, soalnya saya di RS pemerintah sih, memang di lab tersebut ada petugasnya sendiri yang ambil darah, entah itu perawat atau memang petugas di lab tersebut.
DeleteTapi memang beda banget orang yang udah terbiasa sama yang jarang-jarang lakuin.
Apalagi tergantung mood, waduhh gawat juga kalau moodnya lagi buruk, bisa asal tusuk hahahaha
Mood di sini bergantung sih tiap orang ada nakes yang ramah ada juga yang jutek, hehe ... biasanya mereka udah punya beban kerja yang berat. Enggak akan asal tusuk tapi kalau ambil darah kan tergantung posisi pembuluh darah pasien, kalau pembuluh darahnya kecil atau sulit teraba, kadang bisa meleset atau gagal diambil darahnya
DeleteWah... aku jadi mbak gak bisa membayangkan kl hrs pindah2 kerja. Kudu beradabtasi lagi di tempat baru ya. Apa ada keinginan untuk kerja kantoran lagikah mbak?
ReplyDeletePindah kerja cari pengalaman dan suasana baru. Kangen sih masa-masa pas kerja dulu, meski bukan kerja kantoran, Karena kerjaannya di balik layar. Kerja di Laboratorium klinik
DeleteWah mbak tenaga medis ya,, bloggingnya sering nulis medis juga g mbak?
ReplyDeleteSesekali nulis tentang kesehatan, sih,seringnya sih nulis gado-gado
DeleteIts okay mbak. Blog saya juga gado-gado isinya, hehe
DeleteSedih juga ya Mba liat tenaga medis yang sedang berjuang sementara kita stay at home. Tapi kesel sih sama yang bandel tetep aja kemana-mana.
ReplyDeleteIya, memang kadang ada yang menyepelekan juga sih
Deletewah aku baru teteh pernah ngelab, keren teh! Dan pernah d Cimahi pulaa, tau Cimareme kan teh? Aku kerja d Medion btw udah hampir 4 tahun lebih dan resign juga, terlebih pada kesehatan mental dan juga psikis sih wkwk
ReplyDeleteIyes, dulu Di Lab klinik Swasta daerah Jl.Riau. Pernah kerja di Lab Cimahi yang ada Apotek Serumpun Bambu. Oh, Cimareme jauh, ya? Hehe ... jauh dari rumahku yang di Gn Batu. Memang kalau kerjaan udah enggak nyaman ya enggak apa-apa resign, cari yang lebih baik.
DeleteInspiratif sekali kisahnya, Mbak. Juga pas dengan kondisi kekinian. Dan tentang profesi ATLM yg Mbak Lia sebut, memang sepertinya jarang yang tau. Boleh usul nggak? Jadiin novel aja, Mbak. Tokoh utamanya ATLM, gitu. Pasti banyak yg kepo. Secara novel yg menceritakan profesi seseorang secara detil itu banyak yg nyari, lho :)
ReplyDeleteWah, ide bagus. Memang saya juga kepengen sih punya novel sendiri sekalian memperkenalin profesi ATLM ke masyarakat
DeleteSemoga makin sukses jadi IRT n penulis ya mba. Saya nulis masih banyak bolongnya. heuu
ReplyDeleteIya, Mbak Dyah. Aamiin. Yang penting tetap semangat dan menikmati proses menulis
DeleteTernyata mb Lia ini tenaga medis ya 😊 Aku salut dan sangat menghormati segala usaha dan pengorbanan yg telah dilakukan tim dokter dan tenaga medis dlm mengatasi pasien covid19 dll. Take good care of you. Peluk dari jauh 🤗🤗
ReplyDeleteIya, Mbak. Aamiin terima kasih doanya
DeleteKalau ingat masa kuliah rasanya gimana gitu ya Mbak. Seru dan menyenangkan, bahkan sekarang jadi kangen, hihi.
ReplyDeleteSalam semangat untuk semua tim medis yang menjadi garda terdepan codid-19. Semoga kondisinya terus mendapatkan perlindungan Allah SWT.
Aku pun lagi nulis ini karena kangen masa-masa kuliah dan kerja.
DeleteBismillah ya semoga selalu dilindungi Allah SWT selama menjadi garda depan saat pandemik Covid 19. Salam untuk teman teman ya mba
ReplyDeleteAamiin, terima kasih doanya, Mbak.
DeleteAntara passion dan pendidikan yang ditempuh terkadang tidak satu garis lurus ya Teh, hehe. Itu akan jadi pengalaman yang berkesan dan jadi guru yang terbaik
ReplyDeleteIya, hehe ... rasanya kalau gini mending dulu kuliah jurusan bahasa atau jurnalistik sekalian
DeleteSemangat terus ya Mba. Dimana pun kita berkiprah semoga selalu menginspirasi dan memberi manfaat bagi sesama. Aamiin.
ReplyDeleteInsyaallah. Aamiin
DeleteWah pengalamannya seru juga ya mbak apalagi saat kerja di lab. Saat ini tenaga medis menjadi garda terdepan yang memberantas wabah ini, semoga diberikan kesehatan untuk semua pahlawan bangsa ini.
ReplyDeleteIyes, Mbak. Hopely. Pastinya itu jadi harapan semua orang.
Deletekeep it up mbaa! kadang kala memang ada rasa-rasa yg terlintas dengan bagaimanapun kita pernah berikprah di background pendidikan kita ya mba, apapun itu tetap memberikan manfaatlah yang membuat kita merasa tentram :)
ReplyDeleteIya, Mbak. Lagi terkenang ke masa itu. Masyaallah
DeleteKereeen... Saya juga sama mbak memutuskan full di rumah setelah sebelumnya ngajar di STIKES. Lebih nyaman sih bagi saya hehe
ReplyDeleteMbak Yeti ngajar Stikes juga, dulu pas kuliahnya di mana?
DeleteSemoga teman-teman yang masih bertugas selalu dilindungi Allah, ya, Mbak..perjuanganmu nggak mudah, Masya Allah. Baca ceritanya sampai pindah-pindah kerja juga, memang benar hidup begini adanya, ya. Ada suka dukanya, tapi itulah yang melengkapi dan membuat kita selalu ingat dan penuh syukur...
ReplyDeletePengalaman hidup, Mbak. Hehe penuh lika-liku dan perjuangan
DeleteSaya kaget sama gajinya mbak. Bisa sekecil itu ya? Kalah sama ART.
ReplyDeleteRasanya gaji dosen tuh udah kecil, ini masih ada yang lebih kecil ya?
Kalau jadi tenaga kerja kontrak di RSUD memang kecil gajinya, tergantung daerahnya juga, dulu kerja di Banten segitu. Kalau di Bandung mungkin lebih gede dikit kali, ya. Kerja di lab swasta yang besar sih mending, ya, setara umr saat itu
DeleteMaaya Allah tabarakallah Mbak. Pengalaman tak terlupakan. Akupun baru tahu istilah pekerjaan ini padahal tanteku bekerja di lab juga Dan sejak kecil aku sering banget ikut tanteku
ReplyDeleteDulu namanya Analis Kesehatan, Mbak buat yang kerja di Laboratorium Klinik, tapi sekarang berubah namanya jadi Ahli Tenaga Laboratorium Medik atau ATLM
DeleteWah ternyata latar belakangnya medis ya mbak? Bisa nih konten2nya nanti berbau2 tema itu ya :D
ReplyDeleteTurut mendoakan teman2 nakes yang sedang berjuang di garda depan supaya selamat semua gak ada yang sakit aamiin
Aamiin, terima kasih Mbak April. Iya, boleh, nanti saya tuliskan tentang kesehatan.
DeleteDoa selalu terkirimkan untuk tenaga medis yang luar biasaa.
ReplyDeleteMereka berjuang dgn sekuat tenaga, sampai ngga pulang ke rumah berhari-hari.
Sejumlah nakes harus menghembuskan nafas terakhir, semoga husnul khotimah
dan semoga corona segera hengkang!
Sedih kalau tahu ada nakes yang meninggal. Iya, Aamiin, Mbak.
DeleteSaya baru tahu kalau Analis sekarang udah berganti nama jadi ATLM ya. Jasanya dalam menghadapi wabah virus corona juga tidak kalah dengan para dokter dan perawat. Yah kita doakan saja semoga mereka yang berada di garda terdepan bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak ikut menjadi korban.
ReplyDeleteDulu namanya Analis Kesehatan, sejak tahun 2014 berganti Nama jadi ATLM. Iya, Aamiin. Semoga keadaan cepat membaik dan kembali seperti sedia kala
DeleteSemoga seluruh rekan medis dan Kita semua diberikan kesehatan. Sedih tiap hari korban semakin banyak, cepat berlalu Dan lekas pulih Indonesia.
ReplyDeleteAamiin. Jadi doa dan harapan semua orang pastinya
DeleteThrow back itu emang bikin haru ya mbak. Semua pengalamab ada suka duka dan hikmahnya.
ReplyDeleteIya, bener banget. Saya jadi terkenang ketika menuliskan ini.
DeletePastinya pengalaman yang berharga ya Mbak, berkiprah sebagai analis lab medis. Kalau aku dulu di lab juga, tapi lab kimia. Semoga sukses di manapun beraktivitas ya Mbak. Turut berdoa juga buat para nakes yg sdg berjuang...
ReplyDeleteOh, Analis kimia ternyata Teh Euis. Aamiin terima kasih doanya
DeleteSaya ada juga kawan orang lab, asik banget ya neliti benda-benda kecil gitu. Sekarang jadi suka share tentang pengetahuan virus covid-19. Sukses ya k semoga jalan yang dipilih selalu memberikan keberkahan aamiin
ReplyDeleteKalau ATLM itu memeriksa spesimen pasien, Mbak. Nanti hasilnya bisa nentuin diagnosis pasien
DeletePasti menyimpan banyak kenangan indah ya Mbak selama masih bekerja dulu, yang penting kita masih bisa bermanfaat buat sesama, dimanapun dan dalam kondisi apapun kita yang sekarang.
ReplyDeleteIya, Mbak. Penuh kenangan memang. Insyaallah aamiin
Deletesaya juga merasakan hal yang sama mba dirumah dan kangen sama temen2 dan suasana kerja, saya juga ikut prihatin akan wabah covid ini semoga semua yang bekerja pada pelayanan kesehatan tetap sehat sampai wabah ini menghilang
ReplyDeleteKondisi seperti ini memang enggak mudah,semoga keadaan cepat membaik. Aamiin saya pun hanya bisa mendoakan para nakes agar tetep sehat selalu
DeleteSaya lagi sekolah keperawatan, bisa jadi saya lanjut kerja di bidang ini nantinya... Semoga dapet yang terbaik apa pun profesinya, aamiin
ReplyDeleteWah, dapat beasiswa ke luar negeri, ya, Mbak Alvianti. Semoga kuliahnya lancar dan ilmunya jad berkah.
DeleteSemoga para tenaga medis dan non medis selalu dapat kelimpahan nikmat sehat ya. aamiin
ReplyDeleteAku suka salut sama perempuan yg cerdas. Menginspirasi perempuan lainnya biar gak lemah.
Aamiin. Yes, Mbak Ayu.
DeleteBismillah mba. Aku yakin ilmunya masih tetap bermanfaat hingga kini. Aamin atas segala doa baikny mba
ReplyDeleteAamiin, terima kasih supportnya Mbak Alida.
DeleteDalam kondisi sekarang ini tenaga medis ibaratnya prajurit yang maju perang. Sayangnya senjata mereka tidak cukup lengkap. Sedih sebenarnya, tapi saya tidak bisa bantu apa-apa. Hanya bisa bantu dengan tinggal di rumah saja. Semoga tim medis segera mendapatkan kebutuhan/perlengkapan utama mereka ya..
ReplyDeleteKenyataannya begitu, memang mereka kekurangan APD. Memang Ada bantuan katanya tapi belum mengcover semuanya. Aamiin, hanya bisa kirim doa saja.
DeleteTenaga medis saat ini sedang berjuang dalam perang. Semoga seluruh rekan medis diberi kekuatan yang besar hingga wabah ini selesai. Amiin..
ReplyDeleteAamiin, doa yang sama untuk mereka
Deletewah berguna sekali loh ATLM di saat pandemi begini, berjasa bangeeet. Aku baru sadar ternyata mba Lia seorang ATLM yaa, kirain apoteker gitu, salah toh hihi. sehat selalu sekeluarga ya mbaa.
ReplyDeleteBukan apiteker, hehe ... Aamiin makasih doanya
DeleteWah, ternyata jadi tenaga kesehatan di laboratorium kesehatan itu banyak suka dukanya ya, Mbak. Semoga para nakes selalu diberi kesehatan dan keikhlasan dalam situasi melawan Covid19 seperti sekarang.
ReplyDeleteIya, bener banget Mbak. Aamiin ,saya ikut mendoakan mereka dari jauh
Deleteaku pun bantu mendoakan agar kita diberikan kesehatan. Dan terutama, doa dan semangat untuk para medis. Semoga virus nakal ini segera minggat dari bumi.
ReplyDeletePengennya keadaan kembali membaik dan enggak khawatir me luar rumah lagi. Kita bantu doa aja untuk mereka
DeleteSaya punya kenalan di Bali. Beliau seorang dokter yang alih profesi menjadi pengusaha kopi. Sekarang dia sudah berhasil membesarkan brand kopinya. Mungkin mba pernah dengar, namanya Mangsi Coffee. Salah satu signature coffee di Bali.
ReplyDeleteDokter Windu namanya. Waktu kita ngobrol suatu hari, beliau cerita betapa mirisnya nasib paramedis di Indonesia. Kemudian beliau bilang, "Paramedis adalah profesi pengabdian, bukan profesi untuk mencari duit. Gajinya mungkin tidak besar di dunia, tapi di akhirat sudah lah pasti." Setelah baca cerita Mba Lia saya jadi teringat lagi beliau. Semoga Mba Lia tetap semangat dengan segala kegiatan yg Mba Lia jalani sekarang.
Wah, saya pernah ke Bali beberapa kali tapi belum pernah ngunjungin kedai kopi ini. Sharingnya bikin saya haru, Mbak. Makasih, ya. Memang benar profesi kesehatan itu lebih ke pengabdian masyarakat. Insyaallah semangat setah ketemu passion nulis
DeleteSaya, sptnya td salah kolom comment ke kolom pesan hehe
ReplyDeletePengalaman hidup ya, sekolah kerja dan kerja. Saat skrg ini blogger sptnya sudah biasa dgn stay at home, kd lebih produktif hehe
Saya udah baca messagenya. It's oke, Kak. Iya semua ini jadi pengalaman hidup yang tak terlupakan.
DeleteKalau mau jujur-jujuran, nggak sedikit ART dan buruh pabrik yang gajinya lebih besar dibandingkan profesi tertentu yang terlihat educated dan wah.
ReplyDeleteBener, Mbak. Memang begitu keadaannya. Sebagai tenaga kesehatan memang pekerjaan kami lebih banyak ke pengabdian, sih.
DeleteLab klinik yang di jalan Riau kayanya saya tau deh
ReplyDeleteJuga yang jalan Pajajaran :D
Dulu, saya selalu berdoa agar punya satu aja anak yang jadi dokter
Agar hidupnya bermanfaat bagi orang banyak
Sayang harapan tsb pupus
Ibu tinggal di mana? Orang Bandung juga, kan, ya? Iya, kalau orang Bandung pasti familiar sama Lab yang di Jalan Riau. Anak ibu sekarang kerja di mana? Hehe ... duh, ini malah jadi nanya-nanya sama Bu Maria. Salam kenal, ya, Bu. Moga nanti bisa ketemu di event blogger kalau kondisi sudah membaik.
DeleteTempat kerja bisa ibarat rumah ke-2 ya teh karena sebagian besar waktu kita dalam sehari dihabiskan di situ. Plus punya banyak teman rasa keluarga.
ReplyDeleteIya, bener banget Mbak Tammy
DeleteNah ini, selain tenaga kesehatan, tim laboratorium juga merupakan golongan orang yang paling rentan terpapar virus corona ya. Sedikit kurang hati-hati, bias-bias kena deh. Jangan sampai ya. Hati-hati teman-teman semua. Sehat-sehat selalu :)
ReplyDeleteBener banget, risikonya tinggi, loh. Meski kadang APD pun tak memadai
DeleteSeru banget pengalamannya Teh. Semoga para tenaga medis dan tenaga lab tetap diberi sehat biar tangguh ya. Aamiin.
ReplyDeleteSemoga pandemi ini lekas berlalu. Udah lama banget saya nggak ketemu Mama. Dilarang oleh beliau sebab takut jadi carrier karena turut menangani pasien Covid.
Aamiin, oh mamanya tenaga media, kah? Dokter, Mbak?
DeleteMasyaAllah perjuangannya ya. Semoga selalu diberikan kesehatan ya.. Aku tiap melihat orang lab, selalu berpikir, "Wah ini orang cerdas nih, pakenya putih-putih" :D
ReplyDeleteAamiin, masa sih, Mbak? Hehe
Deletesemoga semua ini cpt berlalu ya..Semoga para pahlawan saat ini diberi kesehatan selalu serta keihlasan dalam berjuang saat ini..
ReplyDeleteAamiin, Ya, Rabb
Deletebetul mbak, aku juga sedih perihal para tenaga medis yang menjadi garda di depan menghadapi virus ini. apalagi masyarakat kita yang kebanyakan tidak mengindahkan kebijakan sosial distance.
ReplyDeleteI feel u, Mbak.
DeleteFighting para tenaga medis. Smoga Allah senantiasa melindungi kalian
ReplyDeleteAamiin, moga mereka sehat selu biar bisa mengemban tugas kemanusiaan
DeleteSemoga para tenaga medis yang jadi garda depan, dilindungi Allah selalu. Dan semoga semua ini lekas berlalu ya, mbak..
ReplyDeleteAamiin, doa yang sama, Mbak
DeleteSerasa ikut kangen juga dengan teman-teman sekerja mba. Tentu dalam kondisi kayak gini pastinya teringat teman-teman ahli ATLM yaaa... sedang berjibaku dengan banyak hal yang harus dicek.
ReplyDeleteIya, bener banget, Mbak.
DeleteWoow, Luar biasa... meninggalkan hal yang pasti demi yang nggak pasti begitulah komentar orang-orang yang nggak pernah tau nikmatnya jadi penulis. hahaha
ReplyDelete