Hoax dan cek fakta, via Pixabay.com/@geralt diedit dengan Canva |
Kita perlu mewaspadai penyebaran hoax karena sejak pandemi Covid-19, banyak berita bermunculan di media sosial yang belum tentu kebenarannya. Sebaiknya sebelum mempercayai dan membagikan informasi lakukan cek fakta terlebih dahulu.
Berdasarkan data Kementerian Kominfo, ada 1.471 hoaks terkait Covid-19 yang tersebar di berbagai media hingga 11 Maret 2021. Beberapa kali saya menerima hoax melalaui medsos, salah satunya lewat Facebook atau What's apps.
Saya pernah menerima informasi dari sebuah Whats Apps Grup yang salah satu anggotanya membagikan informasi tentang obat Covid-19 yang bisa dibeli dan disiapkan mandiri. Saya memberikan link tentang cek fakta pada postingan yang ia bagikan.
Setelah saya mengingatkan untuk berhati-hati mempercayai dan membagikan berita, dia malah memberi alasan kalau yang dia bagikan bukan dari orang sembarangan dan mana mungkin hoax. Seolah mengabaikan apa yang saya jelaskan, ternyata hoax ini bisa menutup mata seseorang yang sudah terlanjur percaya pada suatu informasi.
Pada tanggal 16-17 Juni 2021, saya berkesempatan untuk mengikuti Workshop Cek Fakta Kesehatan bersama Tempo. Cek Fakta Kesehatan merupakan salah satu kegiatan dari program Fellowship Global Health yang diselenggarakan oleh Cek Fakta Tempo bermitra dengan Facebook. Workshop ini dilaksanakan selama hari Rabu-Kamis tanggal 16 dan 17 Juni 2021 dengan narasumber Ika Ningtyas dan Siti Aisah dari Tim Cek Fakta Tempo.
Cek Fakta Kesehatan Tempo, via Canva |
Workshop Cek Fakta Tempo
Workshop Cek Fakta Tempo, via Canva |
Pada workshop hari pertama tanggal 16 Juni 2021 menghadirkan narasumber Ika Ningtyas, pemeriksa Fakta Tempo dan Trainer Cek Fakta AJI-Google News Initiative. Materi workshop dibuka mengenai penyebab dan tujuan penyebaran hoax.
Penyebab Hoax
Menurut laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social yang dirilis pada Februari 2021 menunjukkan 61,8% masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Durasi penggunaan rata-rata orang Indonesia untuk mengakses media sosial adalah 3 jam per harinya. Indonesia menjadi pengguna internet keempat terbesar di dunia yang sayangnya belum diikuti dengan literasi digital.
Infodemik penggunaan sosmed di Indonesia, via materi workshop Cek Fakta Tempo |
Keberadaan internet mempermudah proses penyebaran informasi, karena siapa pun dapat menyebarkan informasi, hal ini menyebabkan sirkulasi hoax semakin cepat karena warganet menerima banyak informasi per menitnya.
Sudah tahu belum kalau tingkat literasi Indonesia menempati urutan ke-70 di dunia? Nah, menurut Kominfo, indeks literasi digital Indonesia ada di angka sedang. Hal ini menyebabkan pengguna internet belum bisa membedakan informasi yang sesuai fakta dan hoax.
Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak orang Indonesia yang berkumpul di internet dan terpapar beragam informasi tanpa adanya literasi yang memadai. Inilah alasan informasi di medsos mudah sekali diakses dan disebarluaskan.
Tujuan penyebaran hoax
Ada beberapa tujuan penyebaran hoax atau 7 alasan di balik misinformasi diantaranya :
a. Jurnalisme yang lemah tanpa verifikasi sumber asli,
b. Hanya sekadar lelucon, dibuat satire atau parodi,
c. Sengaja melakukan provokasi,
d. Partisanship, untuk kepentingan partai atau kelompok
e. Mencari uang melalui judul yang clickbait,
f. Adanya gerakan politik,
g. Propaganda, contohnya isue tentang Sara.
Apapun itu tujannya, penyebaran hoax pasti akan menimbulkan dampak negatif dan merugikan masyarakat.
Alasan mis-disinformasi, via materi workshop Cek Fakta |
Hoax menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat contohnya saja timbul polarisasi, seperti pasca Pilpres 2014/2019 yang lalu, adanya kebencian berdasarkan SARA, masyarakat menjadi kurang mempercayai pemerintah terhadap penanganan bencana atau penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Cara membedakan situs yang kredibel dengan situs abal-abal
Identifikasi situs abal-abal, via Pexels.com/@picjumbo.com edit by Snapseed |
Pada materi pertama workshop cek fakta, dipelajari juga mengenai cara membedakan situs yang kredibel dengan situs abal-abal. Pernah engga, sih, mendapatkan informasi dari suatu situs yang "mencurigakan," atau menyebarkan hoax?
Menurut Menkominfo ada 900 ribu situs penyebar hoax, wah, banyak sekali, ternyata, ya! Sekadar berbagi tips untuk identifikasi situs abal-abal, diantaranya:
a. Cek alamat situsnya
Bagaimana cara mengecek alamat situs? Jika alamat situsnya jika meragukan, lakukan pengecekan melalui sejumlah situs, seperti salah satunya who.is dan domainbigdata.com. Ada juga situs abal-abal yang hanya beralamat di blogspot.
b. Cek data perusahaan media di Dewan Pers
Cara melakukan pengecekan perusahaan media di direktori Dewan Pers melalui https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers. Namun, perlu diketahui, ada beberapa media kredibel yang tidak berbadan hukum.
c. Cek detail visual
Cobalah mengecek detail visual lewat logo situs abal-abal. Ada yang logonya mirip situs media mainstream. Ada juga gambar yang logonya kurang bagus. Hal ini bisa jadi salah satu penilaian bahwa situs tersebut tidak kredibel atau situs abal-abal.
d. Situs terlalu banyak iklan
Waspadai situs yang terlalu banyak iklan, biasanya media abal-abal sekadar mencari click untuk mendapatkan iklan dan uang.
e. Coba bandingkan dengan ciri-ciri pakem media mainstream
Bandingkan sejumlah ciri yang menjadi pakem khas jurnalistik di media mainstream. Misalnya, nama penulisnya jelas, cara menulis tanggal di badan berita, hyperlink-nya yang disediakan mengarah ke mana, narasumbernya kredibel atau tidak, dan lain-lain.
f. Cek About Us
Jangan lupa untuk mengecek "About Us" yang ada pada situs media. Media abal-abal biasanya selalu anonim. Berdasarkan UU Pers, sudah seharusnya situs terpercaya punya badan hukum dan penanggung jawabnya. Cek juga mengenai alamat yang jelas dan siapa saja orang-orangnya pada situs tersebut. Selain itu harus ada Pedoman Pemberitaan Media Siber.
f. Waspada dengan judul-judul sensasional atau judul yang sifatnya clickbait
Waspada jika menemukan berita dengan judul-judul yang sensasional atau clickbait. Baca beritanya sampai selesai, jangan hanya membaca judul kemudian berkomentar di medsos.
g. Cek ke situs media mainstream
Bandingkan dengan situs media mainstream untuk memastikan informasi yang dimuat sebuah situs non-mainstream terpercaya atau tidak. Coba bandingkan bagaimana situs mainstream melaporkan hal tersebut. Selain itu, penting untuk melakukan verifikasi untuk memastikan sumber pertama dan melihat konten aslinya seperti apa.
h. Cek Google Reverse Image search pada foto utama
Cobalah untuk mengecek juga foto utama, pernahkah dimuat di tempat lain, terutama situs mainstream. Ciri situs abal-abal biasanya selalu mencuri foto dari situs lainnya.
Reverse Image dari Google bisa digunakan untuk mencari unggahan foto pertama sebuah website. Tools ini berguna untuk menelusuri foto-foto yang diambil dari internet. Alternatif tools lainnya yaitu Bing.com milik Microsoft dan Baidu.
Metode verifikasi video
Metode verifikasi video, via materi workshop Cek Fakta |
Ada dua langkah untuk memverifikasi video, pertama yakni menggunakan kata kunci di mesin pencari atau di media sosial (Youtube, Facebook, Twitter, Instagram). Kedua, memfragmentasi video menjadi gambar lalu menggunakan Reverse Image Tools.
Tips memverifikasi video, via materi workshop Cek Fakta |
Saat menemukan video di media sosial, tonton dan dengarkan video tersebut sampai selesai. Carilah petunjuk di dalam video seperti bentuk bangunan, rambu-rambu jalan, plat nomor kendaraan, nama-nama jalan, nama-nama bangunan, dan lain-lain. Dengarkan juga audionya, terkait bahasa, obrolan orang-orang dalam video atau dialeknya. Gunakan petunjuk tersebut sebagai kata kunci.
Tips verifikasi video, via materi workshop Cek Fakta |
Cara kedua adalah dengan menjadikan video menjadi potongan gambar lalu ditelusuri dengan Reverse Image Tool. Untuk memfragmentasi video menjadi gambar bisa dengan cara manual dengan screen capture atau menggunakan tool InVID.
InVID punya berbagai keunggulan yakni memiliki fitur fragmentasi video dan reverse image tool sekaligus, dapat memfragmentasi video dari seluruh tautan media sosial dan file lokal serta dilengkapi fitur lain seperti memeriksa metadata dan analisis forensik foto.
Cek Fakta Kesehatan
Cek Fakta Kesehatan Tempo, via Canva |
Materi hari kedua ini membahas tentang misinformasi kesehatan dan dampak negatif bagi masyarakat. Selain itu dipelajari juga tentang kemampuan dasar cek fakta kesehatan.
Contoh hoax kesehatan saat pandemi, via materi workshop Cek Fakta |
Mis atau Disinformasi Kesehatan
Mis/Disinformasi kesehatan di Indonesia, via materi Workshop Cek Fakta |
Berdasarkan data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), jumlah hoaks kesehatan meningkat dari 7% (86 hoaks dalam setahun pada 2019) menjadi 56% (519 hoaks dalam setengah tahun pada 2020). Jumlah hoaks Covid-19 yang diklarifikasi oleh MAFINDO adalah berjumlah 492 hoaks (94,8%) dari total hoaks kesehatan selama enam bulan pertama tahun 2020.
Ternyata begitu banyak hoax yang beredar di masyarakat, terutama hoax tentang kesehatan di masa pandemi ini. Sekali lagi sebagai pembaca perlu berhati-hati dalam menerima bahkan membagikan informasi.
Baca juga : Stop panik, kurangi risiko penyebaran Covid-19 dengan 7 cara ini!
Dampak Mis atau Disinformasi Kesehatan
Dampak Mis/Disinformasi Kesehatan, via materi workshop Cek Fakta |
Mis atau Disinformasi tentang kesehatan terkait pandemi mengakibatkan efek atau dampak buruk bagi masyarakat. Apalagi kalau hoax menyebar dengan cepat.
Dampak negatif dari mis atau disinformasi kesehatan bagi masyarakat, antara lain:
a. Menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat
b. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan dan ilmu pengatahuan (sains)
c. Demotivasi untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan
d. Sikap apatis
Sikap apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan risiko kematian.
Seperti kejadian yang pernah terjadi jelang lebaran tahun 2021 lalu, di satu sisi mudik tidak diperbolehkan atau dilarang, tetapi di sisi lain mengunjungi tempat wisata di dalam kota diperbolehkan. Dua kebijakan yang bersebrangan dan jadi polemik untuk masyarakat tentunya.
Kemampuan Dasar Cek Fakta Kesehatan
Kemampuan dasar cek fakta kesehatan, via materi workshop Cek Fakta |
Untuk melakukan cek fakta kesehatan, ada beberapa kemampuan dasar Yang perlu dimiliki. Kemampuan dasar cek fakta kesehatan, diantaranya :
a. Cek sumber aslinya
Cobalah mengecek sumber asli, cek juga siapa yang membagikan informasi tersebut dan dari mana informasi tersebut berasal. Tetap periksa sumbernya, meski informasi tersebut berasal dari teman atau keluarga.
b. Jangan hanya membaca judulnya saja
Jangan hanya membaca judul, karena judul kemungkinan sengaja dibuat sensasiona, clickbait atau provokatif agar jumlah klik tinggi.
c. Identifikasi penulis
Lakukan identifikasi penulisnya, coba telusuri nama penulis secara online untuk melihat apakah penulis adalah seseorang yang kredibel dan nyata.
d. Cek tanggal
Periksa juga apakah informasi tersebut adalah informasi terbaru, up to date dan relevan dengan kejadian terkini. Periksa apakah judul, gambar atau statistik yang digunakan sudah sesuai dengan konteks.
e. Cek bukti pendukung lain
Informasi yang kredibel mendukung klaim dengan fakta. Jika tidak menemukan bukti pendukung lainnya, informasi tersebut kemungkinan tidak bisa dipercaya.
f. Cek bias
Pikirkan bahwa bias pribadi ternyata dapat mempengaruhi penilaian terhadap hal yang dipercaya atau tidak.
g. Cek organisasi pemeriksa fakta
Satu hal penting untuk mengecek informasi adalah dengan tulisan atau temuan yang sudah diverifikasi oleh organisasi pemeriksa fakta, dalam ruang lingkup nasional, seperti Cek Fakta Tempo, atau media nasional lainnya maupun pemeriksa fakta internasional seperti AFP factcheck, dan Washington Post factcheckers.
Setelah mengikuti dua hari workshop cek fakta bersama Tempo, banyak hal yang saya pelajari diantaranya mengetahui penyebab dan dampak hoaks, membedakan misinformasi atau disinformasi, menggunakan beberapa tools untuk memverifikasi fakta, baik itu mengecek kebenaran suatu foto atau video, membedakan situs yang kredibel dengan situs abal-abal, dan menambah referensi tentang fakta yang sebenarnya dari suatu peristiwa.
Mengikuti Workshop Cek Fakta Kesehatan, via dokumentasi pribadi |
Mengingat pentingnya cek fakta ini, terutama cek fakta kesehatan karena saat ini masih banyak beredar misinformasi atau hoax. Saat menerima informasi atau berita jangan terburu-buru percaya kemudian langsung membagikannya ke media sosial. Mari bersama-sama mencegah penyebaran hoax meluas di masyarakat, kalau bukan Kita, siapa lagi?
Salam,
hoax memang kadang menjerumuskan apalagi sistemnya berantai nyasar ke group WA ya mba...
ReplyDeleteDulu sering kemakan hoax tapi sekarang aku selalu cek disinformasi atau nggaknya penting banget
1471 hoax tentang covid-19, duh sedih banget dengernya. Jujur sih kadang capek juga dikit2 berita hoax. Tapi sebagai generasi milenial memang penting sekali yaa, menseleksi mana berita hoax mana bukan, apalagi ada kaitannya dengan kesehatan.
ReplyDeleteMasalahnya begini nih, Mbak. Orang-orang yang cenderung percaya hoaks itu pun enggan baca penjelasan beginian. Terlebih kalau mereka suka sekali tampil duluan sbg pembawa informaai apa pun. Ruweeet kan jadinyaa.
ReplyDeleteMemang ngeri perkembangan hoax saat ini..menyebar cepat, apalagi melalui group2 wa keluarga... yg parahnya banyak yg langsung percaya tanpa melalukan croscheck data dahulu..
ReplyDeleteNah, ini lagi ramai diperbincangkan...obrolan tentang Covid-19 serta segala informasi berpindah tempat dari WAG satu ke WAG lainnya. Ternyata belum tentu benar semua. Makanya mesti kita cek dan ricek sebelum dibagikan kepada orang lain ya.
ReplyDeleteAku biasanya klo ada info yang terlalu wow gitu pilih diemin 2-3 hari biasanya abis itu mulai muncul info yg lebih relevan apakah itu hoax or emang bener terjadi. Cuma kadang y hoaxnya dalam bentuk partial sih kayak hiperbola or beritanya bener cuma skalabilitas nya g separah yg diceritakan
ReplyDeleteSebelum pandemi pun sektor kesehatan termasuk terbesar hoaxnya. Makanya harus hati-hati ketika menerima info. Apalagi di saat pandemi begini
ReplyDeletememang serem sih menurutku Hoax tentang kesehatan ini. Fatal banget akibatnya apalagi penyebarannya masiv. kudu triple cek and ricek banget sih
ReplyDeleteAlhamdulilah ikut workshop yang bikin wawasan bertambah ya?
ReplyDeleteJadi tahu gimana cara cek fakta, gak lagi bingung walau insting udah ngerasa wah ini kayanya hoaks. Dulu gak b isa ngebuktinn, sekarang bisa ^^
Hoax terkait C19 ini emang udah ditahap yang sangat meresahkan ya, Mbak. Simpang siur beritanya juga bikin orang ragu, mana yang harus dipercaya. Semoga tulisan ini bisa dibaca banyak orang biar kalau nerima informasi nggak diserap mentah-mentah.
ReplyDeleteSemoga semakin banyak orang teredukasi dengan ini ya, mbak lia.
ReplyDeleteSempat ngedown juga lo baca atau lihat video hoax apalagi tentang covid, auto matikan notifikasi dari orang yg nyebar hoax. Mau dikasih tahu tapi ngeyel juga males ngladeni, hmmmm
Anyway thankiss mbak lia untuk tulisannya ini, agar pembaca bisa jadi pengguna internet yang bisa menyaring informasi yang ada
Big no banget memang kalo cuma baru baca judulnya sudah langsung dishare tanpa baca selengkapnya, jangan jadi membantu para penyebar hoaks yaa
ReplyDeleteSeribuan berita hoax dan 900rb sitis hoax. Ya allah mengerikan sekali ya. Sebegitu menggebunya org ingin meraul keuntungan utk dirinya sendiri.
ReplyDeleteSlah satu efek negatif perkembangn teknologi itu ya mkin banyaknya hoax dan cyber crime ya mbak.
ReplyDeleteTapi sisi positifnya, malah bisa cek kesehatan dan update selalu informasi seputar kesehatan
Berita hoaks seputar covid-19 ini kenceng banget di lingkungan grup keluarga besar dan grup lingkungan RT. Kebanyakan yang share berita tersebut adalah orang-orang sepuh - yang kalau kita coba luruskan seakan-akan dikategorikan sebagai garis keturunan durhaka (aduh ngeri) dan kalau yang menyebarkan itu adalah yang seumuran atau di bawah kita, paling komentarnya, "Nggak tahu ya, cuma nge-share doang."
ReplyDeletePenting banget memang memfilter berita yang lewat di depan mata supaya bisa memperoleh informasi yang tepat.
Aku tuh asli nggak habis fikir kenapa dimasa pandemi seperti saat sekarang ini Ada saja yang menyebarkan hoax dimana-mana. Kasihan korbannya yang memakan mentah-mentah informasinya ya mbak
ReplyDeletedan sedihnya, banyak yang percaya sama berita hoax ini, bahkan orang yang berpendidikan tinggi sekali pun, huhuhu
ReplyDeleteYak!
ReplyDeleteAdaaa aja ya, hoax jaman now.
Apalagi kalo terkait kesehatan, byuhh banyaakk banget!
Alhamdulillah, artikel ini memaparkan gimana cara cek fakta vs hoax
super ngebantu banget!
Aku jadi inget sama satu hoax kesehatan yang bikin aku waspada hingga hari ini. Dulu pernah viral kalau kangkung ngga dimasak ulat di dalamnya bisa masuk ke tubuh dan hidup di lambung kita. Sejak saat itu aku berhati-hati banget sama berita kesehatan yang aku dapat mam.
DeleteDampak berita hoax - untuk yang teredukasi hanya sebagai intermezo,
ReplyDeletetapi apa akibatnya untuk yang ga melek literasi? DIJALANKAN! DIPERCAYA!
Dampak saat pandemi itu nyata : sebagian besar tidak mau menggunakan masker dan sebagian lagi tidak mau vaksin! Ngeri! Mari kita berantas!
Kita juga bisa ikutan cek fakta ya kalau ada berita yang masih belum jelas kebenarannya. Lewat gambar juga ternyata mudah ya cara mengeceknya lewat reverse Image
ReplyDeleteBenar sekali mbak, jangan asal ikut menyebarkan berita yang belum tentu benar. Alih2 memberi manfaat dan pencerahan, berita hoax hanya akan membuat takut, khawatir dan pesimis. Apalagi zaman sekarang, dari hal kecil saja bisa menjadi berita yang bikin heboh.
ReplyDeleteNAh itu Liaa, hiks ..
ReplyDeleteKadang berita2 hoax terutama saat pandemi begini dibagikan di WAG, terutama WAG keluarga. Dikasih tahu malahan ngeyel, sok tahu, Pembenaran yang sempurna banget dah, fix ku keluar WAG Keluarga, gapapa ga dibagi warisan juga hahahaa..
Edukasi penting banget ini soal cek hoax dan fakta kesehatan, semoga makin membuka wawasan kita semua yaa, tinggal dipelajari sesuai di atas.
Nah, kisah COvid-19 nih yang marak dibagikan di WAG. Bererot datang dari mana aja eh kan belum tentu benar informasinya ya mbak. Kebanyakan orang tua yang kurang paham, kasihan langsung mem[ercayai berita yang kadang suka bikin shock gitu hiks :( Senangnya sekarang kita bisa cek fakta yang sebenarnya.
ReplyDeleteIkut workshop ini membuka mataku banget tentang cara cek berita hoax atau fakta. Banyak banget yah berita seputar covid seperti obat-obatan yang perlu dikonsumsi saat positif. Dengan kritis untuk cek fakta dulu bisa terhindar dari hoaks.
ReplyDeleteAseliik, hoax ini susah ngeberantasnya
ReplyDeleteapalagi di WAG keluarga besar
Pakde-Bude tuh paling rajin sebar2 konten hoax :D
Semoga kita makin literate ya
Kuncinya memang pada tingkat literasi digital sih. Jangankan kabar bohong, wong berita dari media terpercaya aja sering disalah pahami karena nggak baca keseluruhan isi berita. Sejak pandemi, kabar hoax kesehatan nih makin banyak, aku mpe bosen ngingetin.
ReplyDeleteMantap banget workshopnya, benar-benar dibutuhkan di masa seperti sekarang ini, di mana hoax begitu mudah menyebar...
ReplyDeleteMakasih sharingnya ya... Jadi tau langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mengecek suatu informasi itu benar atau hoax...
Hoax di grup WA sering dan banyak banget mbaaak. Udah capek liatnya haha. Selama bisa bantuin menangkal, saya bantu. Kalau udah ketemu yang ngeyel, rasanya mau bilang Bye! wkwk. Jadi tugas kita yang udah ngerti soal hoax ini, bukan cuma membuat diri kita kudu cerdas tapi juga membuat orang yang asal share hoax itu juga sadar. Berat lho, tugas ini. Tapi bisa, asal kita mau dan gigih.
ReplyDeleteBeneran deh sekarang makin banyak sekali yang sebar hoax. Entah kapan selesainya hoax hoax ini. Bagaimanapun, kita juga nggak berhenti untuk sosialisasikan bahaya hoax
ReplyDeleteUlasannya superrrr sangat bermanfaat bu. Saya benar2 baca pelan pelan. soalnya kesel dimana mana hoax mlulu
ReplyDeleteDiantara begitu banyaknya hoax yang ada di dunia maya, menurutku hoax kesehatan adalah yang berbahaya karena bisa mempengaruhi hidup seseorang. Memang masih perlu kerja keras untuk mengedukasi masyarakat kita ya mam. Semoga ke depannya bisa berbuah manis.
ReplyDeleteAku langsung browsing dong tentang rentang usia penyebar hoax!
ReplyDeleteMenurut situs kominfo.go.id usia 45 tahun ke atas mendominasi penyebar hoax!
Namun hal ini dibantah situs kontan.co.id.
Justru Gen Z (kelahiran 1997-2009) yang mendominasi penyebaran hoax di Indonesia.
Tapi generasi manapun itu, marilah kita mulai jadi agen filter hoax.
Caranya?
Biasakan membaca isi berita, jangan hanya judulnya saja!
Lalu next lihat situs portalnya, kompeten atau tidak.
Memang jadi tugas kita bersama ya untuk memerangi hoax ini.
Apalagi hoax dan fakta kesehatan.
Kalau sampai penyebar hoax ini hanya ingin membuat lelucon, kok keterlaluan banget ya mbak. Pandemi kok seperti dibuat becandaan utk informasi yg menyesatkan.
ReplyDeleteSekarang banyak orang yang iseng ya mba, bahkan merugikan orang lain. Harusnya sih ditegasi ya
Deleteiya aku juga hati2 kalau mbaca website
ReplyDeletekarena kita blogger ya, kita justru lebih teredukasi
jadi ya aku ngerasa aman dari hoax2
Hoax selama pandemi ini emang gencar banget ya, karena aku suka di forward mamahku tentang berita hoax yang dia dapatkan di grup. Mamahku minta cek apakah ini benar? Ternyata setelah ku telusuri banyakan hoaxnya daripada benernya. Herannya tuh di grup WA mamahku banyak banget yang percaya sama berita hoax selama pandemi ini.
ReplyDeleteBahaya banget memang hoaks kesehatan ini terutama resep pengobatan tidak jelas yang dibagikan di WAG karena bisa saja dipraktekkan sendiri oleh penerima hoaks dan bisa membahayakan kesehatan..
ReplyDeleteMakin banyak yang mudah share informasi tandanya makin rentan juga munculnya hoax
ReplyDeletePerkembangan hoax kesehatan ini emang mengerikan, terutama sejak pandemi Covid-19. Saya sampai udah putus asa meluruskan hoax. Dengan adanya situs cek fakta Tempo ini saya jadi punya amunisi nih, kalau ada hoax langsung aja kasih link cekfakta tempo biar ngecek sendiri bener atau enggak.
ReplyDeletePaling nganu itu hoax di grup keluarga. Kadang tuh mau dibales takyrr nyinggung. Dibiarin salah jg. Jd mending suruh cek hoax ato enggak begini aja ya
ReplyDeleteAwal pandemi aku masih membantah kabar hoax dengan artikel yang kredibel. Namun kalo ketemu orang yang super ngeyel ya males sih. Beneran ya hoax tentang covid ini memang bikin menyebalkan. Aku juga bersyukur bisa ikut workshop cek fakta ini, bermanfaat banget pokoknya
ReplyDeleteNgeri sekali ya mbak, saat pandemi seperti ini justru banyak sekali hoaks yang beredar di masyarakat
ReplyDeleteapalagi hoaks kesehatan, bahaya banget ini
makanya kemampuan cek fakta seperti ini sangat penting ya
Ngeri banget liat datanya Mbak Lia. Apalagi kemarin ada yg ngaku dokter terus menyatakan hoax ya di stasiun tv lagi. Hiks semoga kita semakin cerdas dalam menanggapi informasi ya
ReplyDeleteTernyata orang yang menyebarkan berita hoax ini pun sudah memiliki motif yang gak baik yaa..
ReplyDeleteDan diteruskan oleh orang-orang yang gak paham.
Jadi membuat parah keadaan dan bisa jadi sangat meresahkan.
Cek dulu sebelum sharing.
Edukasi yang baik harus senantiasa kita lakukan sebagai blogger.
Sebel banget deh kalau ada yang sengaja bikin hoax buat provokasi atau demi uang. Semoga aja di akhirat dapat balasannya. Hehe. Sedihnya itu, yg terprovokasi bahkan ga bisa bedain mana Web hoax dan Web kredibel. Bahkan sekelas Web Who saja dianggap konspirasi dll. Ya gimana mau bener kalau gt
ReplyDeleteSisi lain dari pandemi adalah kemunculan banyaknya berita hoax. Kita perlu mencegah diri kita dari menjadi korban kebohongan ini dg mengabaikan informasi2 yg berpotensi hoax dg ciri2 seperti yg dijelaskan di atas.
ReplyDeletengeri banget lihat jumlah banyaknya hoaks kesehatan yang beredar di masyarakat
ReplyDeleteharus punya kemampuan cek fakta seperti ini ya mbak
Sering nemu berita hoax kalo nggak di grup WA ya di Facebook, wkwk. Jadi suka sedih kalo misal ada yang masih aja percaya. Semoga mulai saat ini berita hoax makin berkurang dan orang-orang makin bisa membedakan antara berita hoax dan yang bukan.
ReplyDeleteMakin sedih ternyata berita hoax lebih dipercaya ketimbang berita real. Orang awam yang bisanya baca trus percaya ini yang bahaya. Kadang aku sampe hapal sama media yang sering banget bikin berita hoax begini.
ReplyDeleteMasyarakat Indonesia tuh punya kecenderungan mantengin hape dengan screen time cukup tinggi. Sayangnya tingkat literasinya masih harus ditingkatkan. Kadang ada aja yang asal share dan mudah percaya dengan apa-apa yang dibagikan di media sosial. PR banget nih untuk kita semua agar makin lihai cek fakta kesehatan di masa pandemi gini.
ReplyDeleteKepenuhan informasi bisa juga bikin masyarakat 'siwer' memilah mana hoax mana fakta, akhirnya percaya yang paling gampang ditelan saja. apalagi kalau orang tua, duh semua diforward ke grup keluarga.. anak-anaknya yg pusyiinggg :))
ReplyDeleteIyaya, teh..isu yang panas untuk digoreng itu rerata mengenai pilpres.
ReplyDeleteBanyak orang yang langsung percaya melalui foto ((yang bisa jadi kan editan)) atau percakapan singkat.
Ini terasa sekali siih..
Dan sekarang isu-isu terkait kesehatan.
Kudu banget memahami bagaimana cara menanggulangi berita hoax ini agar tidak mudah jari-jemari menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Dampak hoax emang ngeri ya. Terutama yang bisa membahayakan nyawa manusia. Semoga kita bisa lebih bijaksana lagi melihat sebuah informasi itu valid atau hoax.
ReplyDeleteHarus saya akui wag keluarga adalah tempat hoax yang paling sering saya temui hahaha soalnya saudara yang usianya sudah sepuh suka banget share2 terutama tentang covid 19, antara ingin menegur dan ngak enak karena om atau tante sendiri.
ReplyDeleteZaman pandemi begini ada2 aja ya mba yang manfaatin kesempatan buat nyebar isu hoaks.. Padahal kan harusnya saling support..
ReplyDeleteMenjadi pembaca cerdas memang kudu telaten buat cek fakta biar ga kejebak info menyesatkan ya mba..
Dampak hoax itu sebenarnya tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.
ReplyDeleteAda kan yg nyebar hoax isinya fitnah terhadap satu pihak. Nah itu fitnah terus disebarkan, apa jadinya? Naudzubillah ya...
Cek fakta, jangan sembarangan share kalau tidak yakin kebenarannya...
sejak beberapa tahun terakhir memang hoax gampang banget ya menyebar. apalagi di grup-grup whatsapp gitu. kalau nggak jeli bisa jadi kita juga kemakan sama beritanya
ReplyDeleteHoax pada saat pandemi ini luar biasa banyak ya mbak, ... Serem banget dengan orang-orang yang tega-teganya menyebarkan berita tidak benar begitu ke Masyarakat.ckckx
ReplyDelete