Cerita di balik Laboratorium, via dokumentasi pribadi dan canva |
Saya menuliskan cerita di balik Laboratorium klinik, antara profesi dan panggilan hati berdasarkan kisah saya sendiri. Saya adalah lulusan Analis Kesehatan, kini dikenal dengan nama ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik.
Saya kuliah di Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung tahun 2003 yang lalu. Sudah mau 20 tahun lalu ternyata. Lulus D3 Analis Kesehatan atau punya gelar Amd, AK di tahun 2006. Sudah cukup lama banget, kan?
Jadi kalau nanya usia, ya usia saya juga udah di atas 30 plus. Plusnya juga lumayan banyak. Hehe ... Sudah banyak sekali hal yang saya lewati selama ini. Sedikit berbagi kisah hidup saya di blog ini.
Setelah lulus kuliah, saya memasukkan banyak lamaran kerja tapi sampai tiga bulan nganggur belum dapat panggilan kerja juga sampai akhirnya saya mencoba melamar kerja di luar kota, yaitu di Pandeglang Banten. Berhubung ada keluarga ayah yang tinggal di sana. Saya menjadi TKK di RSUD Banten.
Lika-liku mencari dan mendapatkan pekerjaan
Ketika bekerja pertama Kali di RSUD, gaji honorer yang saya terima hanya sekitar 350 ribu saja. Sedih rasanya ketika setiap bulan, ibu saya yang kirimin uang buat biaya hidup saya.
Inginnya, sih, saya yang ngasih ke orang tua. Hanya sampai 2-3 bulan, saya kerja di RSUD. Setelah ini saya kembali ke Bandung dan mencoba peruntungan dengan melamar ke berbagai Lab atau RS di Bandung.
Saya pernah bekerja di Lab klikik swasta pratama atau lab swasta yang kecil, nggak apa-apalah gajinya kecil juga. Saya inget gaji pertama bekerja di Bandung adalah 850 ribu rupiah.
Sedangkan UMR udah sekitar 2,5 jutaan untuk UMR Kota Bandung Di tahun 2007. Jika dibandingkan dengan sekarang, yang pasti udah lebih besar dari ini soalnya ini udah beberapa belas tahun lalu.
Saya bekerja di Klinik Swasta tersebut hanya beberapa bulan setelah itu saya diterima di sebuah Laboratorium Klinik Swasta Utama yang cukup terkemuka di Bandung. Pengalaman kerja di Laboratorium klinik ini Sekitar 4 tahunan lebih.
Inget dulu kerja jam 6 pagi pulang bisa sampai malam alias lembur kalau ada medical check up, bisa dari instansi atau penerimaan karyawan baru yang butuh tes kesehatan di Laboratorium.
Kadang saya juga ikut tim sampling untuk pengambilan sampel darah karena ada medical check up, baik dari Bandung atau pun dari luar kota. Banyak pengalaman yang saya dapatkan saat bekerja di lab ini.
Setelah hampir lima tahun bekerja di Lab Utama, saya melanjutkan kuliah D-4 satu tahun di Poltekkes Kemenkes Bandung jurusan ATLM atau Ahli Tenaga Laboratorium Medik. Salah satu pilihan hidup yang membuat saya belajar banyak hal.
Resign setelah menikah
Setelah beberapa tahun bekerja di Lab Klinik swasta saya memutuskan resign dan melanjutkan kuliah di tahun 2012 dan tahun 2013 saya lulus D-4 Analis Kesehatan. Akhirnya saya sempat menjadi asisten dosen di salah satu kampus swasta di Bandung setelah lulus kuliah D-4 Di tahun 2013.
Hanya saja setelah ini saya menikah di tahun 2014 dan resign dari kampus. Satu keputusan yang berat saat itu antara menikah dan melanjutkan kuliah S-2 karena dibiayai pihak kampus. Saya memilih untuk menikah dan resign dari kerjaan. Itulah pilihan hidup yang saya ambil saat itu.
Sudah bertahun-tahun saya bekerja dan resign setelah menikah, perlu adaptasi cukup lama untuk terbiasa. Saya yang biasanya bekerja di luaran sana, lalu diam di rumah sebagai IRT, jujur saja nggak mudah, apalagi dengan banyaknya omongan yang membandingkan Full Time Mom vs Working Mom. Namun, sekarang saya sudah tidak terlalu mengambil hati ucapan tersebut.
Namun, saya membiasakan diri, apalagi setahun setelah menikah dan memiliki anak, saya ingin fokus ke anak dan keluarga. Sebuah pepatah bilang "Bisa karena Terbiasa," menjadi orang tua terutama ibu adalah tanggung jawab besar bagi saya.
Meski sejujurnya saya merasakan rasa rindu bekerja kembali seperti sebelum menikah. Untunglah saya menemukan passion menulis, awalnya saya ingin menulis novel tetapi malah nyemplung jadi penulis artikel dan akhirnya nyaman menjadi blogger.
Bersyukur setelah menjadi blogger, saya banyak merasakan berkah menulis. Dari mulai healing, bisa sharing ke banyak orang hingga bisa sedikitnya nambah penghasilan tambahan. Bonus dari ngeblog yang saya syukuri. Alhamdulillah senang sekali ketika hobi yang ditekuni menjadi profesi.
Kangen Kerja lagi, menerima kembali pekerjaan part time di Laboratorium Klinik
Setelah nikah dan punya anak, saya menerima pekerjaan part time di Lab Cimahi. Saya bekerja jika ada yang berhalangan hadir. Jadi nggak tiap hari kerja. Namanya juga part time.
Sebenarnya sudah dua kali saya ditawari jadi pegawai tetap di sini hanya saja memikirkan anak saya nanti siapa yang ngurus, berhubung ibuku kerja, sih. Sebentar lagi ibuku juga akan pensiun, beliau bilang biar anakku sama Ibu saja.
Saran beliau saya sebaiknya mencari kerja lagi dan ketika saya berpikir memang sebenarnya saya juga kangen kerja lagi di Lab, lalu ada tawaran kerjaan part time kembali di Lab tempat saya kerja dulu.
Akhirnya saya ambil aja kesempatan ini. Jujur saja, faktor usia juga belum punya STR atau surat tanda registrasi alias surat izin bekerja, membuat saya agak kesulitan mencari kerja di tempat baru karena kedua hal tersebut.
Berhubung saya nggak bisa kalau hanya diam saja di rumah, selain menulis, saya juga berjualan baju anak dan dewasa. Semakin banyak kegiatan saya sekarang ini. Saya cukup enjoy terutama bisa bekerja di Laboratorium Klinik kembali. Saya jadi teringat gaji pertama dan hadiah yang saya berikan untuk ibu dari hasil kerja perdana saya di Lab
Sebagai tenaga kesehatan, saya punya teman yang menuliskan tema kesehatan alias menjadi blogger kesehatan. Rekan saya ini seorang Blogger Semarang. Saya juga dulu pernah beberapa bulan tinggal di Ibu Kota Jawa Tengah ini. Semarang punya cerita, kota ini cukup punya kenangan spesial bagi saya.
Itulah cerita di balik laboratorium klinik, the journey of my life. Antara profesi dan panggilan hati. Menuliskan kisah sendiri, melukiskan banyak memori di dalamnya. Nah, kalau Sahabat Catatan Leannie apa nih kisah yang paling berkesan di hidup kalian, sharing dong di kolom komentar!
Salam,
Mau apapun profesinya memang nggak pernah bisa dibilang mudah sih ya. Tapi tinggal gimana kita melihatnya dan mau berusaha untuk mendapatkannya.
ReplyDeleteUrusan blogger ini, aku setuju banget. Ada banyak manfaat yang bisa kita ambil, termasuk urusan penghasilan.
ternyata pernah kerja di Pandeglang banten , Teh Lia
ReplyDeletesaya juga pernah, tapi sebagai surveyor keliling Jabar
Capek tapi seneng
Bekerja, resign setelah menikah, bekerja lagi setelah memiliki anak. Wah banyak pengalaman tentunya ya mbak. Apapun pilihannya asal dilakukan sepenuh hati dan dengan tanggung jawab, pasti hasilnya baik
ReplyDeletePengalamannya seru dan bisa jadi inspiratif anak milenial nih mbak semangat ya
ReplyDeleteDi RS tempat saya bekerja, saya termasuk dokter (DPJP) yang paling sering komplain ke laboratorium terkait hasil lab yang tidak sesuai klinis. Dari situ, saya tahu bagaimana kinerja para analis. Dibutuhkan ketelitian tingkat tinggi....
ReplyDeleteWah sama mbak
ReplyDeleteSaya juga mengalami resign dan kembali bekerja
Setiap profesi punya tantangan nya tersendiri ya mbak
Kalau jadi blogger tuh dituntut untuk selalu berpikir, produktif dan menciptakan sebuah tulisan yang pasti, selalu ada insight yang bisa diperoleh untuk pembaca.
ReplyDeleteSemangat menikmati bekerja kembali ya, teh.
Memang jalan hidup tuh sering ngga ketebak ya Mbaaa
ReplyDeleteAlhamdulillah selalu bersyukur atas apapun berkah dari Allah.
Ceritanya mantabbb mba
Pengalaman hidup yang berkesan Teh. Walau jadinya kembali bekerja pun tak masalah, yang enjoy dan bahagia menjalankannya
ReplyDeleteSukses ya teh, aku juga lagi kepikiran pengen kerja lagi cuma masih bingung sama bagi waktu bareng anak.
ReplyDeleteMenjadi apapun juga yang pasti produktif yah, jangan lupa untuk selalu bersyukur
ReplyDeleteAghh... aku baru tau teb lia ternyata seorang tenaga medis.. keren banget teh 🥰
ReplyDeleteJadi blogger yang bisa nulis tentang artikel kesehatan lebih valid yaa teh karena tau ilmunya . Mantapp
Tidak ada ilmu yang sia-sia mba. Kalaupun tidak untuk menghasilkan uang secara materil, pasti bermanfaat untuk keluarga atau masyarakat. Jika kita melakukannya karena mendapat berkah dari Allah, itu penghasilannya kelak akan jauh lebih besar. Klise yaaaa, tetapi itulah pandangan saya. Hakikatnya dalam hidup ini kita sebetulnya hanya mengulang cerita, mengulang langkah-langkah para pendahulu kita. Bukan kita yang pertama merasakannya.
ReplyDelete