Mengenal potensi dan bakat anak, via pexels.com/ Andrea Piacquadio |
Beberapa waktu yang lalu, tanggal 25 Februari 2020, saya mengikuti kulwap parenting mengenai kunci menemukan potensi dan bakat anak bersama Ina Nurhidayah.
Ina Nurhidayah SE.CHt adalah seorang Home Educator dan Event Management Specialist, spesialis training event organizer, serta fokus pada kegiatan bermain anak sesuai potensi dan bakatnya.
Kulwap parenting bersama Ina Nurhidayah, via dokumentasi pribadi |
Saya mengikuti kulwap ini atas ajakan seorang adik tingkat saya semasa kuliah dahulu yang bernama Resa Rahmawati atau sering dipanggil Echa.
Sekarang Teh Echa ini jadi enterpreneur dan punya toko buku sendiri, yaitu Dzaida Shop di daerah Cimahi. Untuk informasi lebih lengkap, bisa dilihat di instagram@dzaidashop_edukasikeluarga.
Saya juga ingin mengetahui dan mengoptimalkan potensi dan bakat anak. Ada yang tahu apa perbedaan potensi diri dengan bakat anak? Yuk, simak, lebih detailnya di bawah ini.
Mengoptimalkan potensi anak
Pengertian potensi diri secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris potency dan potential. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), potensi merupakan kemampuan, kesanggupan, dan daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.
Menurut Wiyono dan Endra, terminologi potensi diri adalahnkemampuan dasar manusia berupa kekuatan, energi, atau kemampuan terpendam yang menunggu diwujudkan agar bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Q.S. At Tin: 4
Dalam hal ini, seorang anak pasti punya kelebihan dan kelemahan masing-masing, serta potensi tertentu yang bisa dioptimalkan.
Apa arti seorang buah hati atau anak bagi orang tua? Menurut versi Catatan Leannie bisa dibaca di bawah ini, ya!
Baca juga : Arti Penting Buah Hati bagi Kehidupan
Teh Ina Nurhidayah dalam kulwapnya menyatakan bahwa mengenal potensi anak itu mudah, loh.
Bagaimana caranya menemukan potensi anak?
Mungkin pertanyaan ini ada dalam benak Sahabat Catatan Leannie juga, terutama yang berstatus orang tua.
Potensi dalam diri anak bisa diketahui dengan mencari tahu anak sukanya, apa, sih? Hal apa yang membuat mata anak menjadi berbinar-binar. Tanyalah dari hati ke hati. (Ina Nurhidayah)
Menemani keseharian bersama anak akan membuat orang tua paham mengenai potensi buah hati dan membuat bonding semakin lekat.
Cara mengenal bakat anak
Ternyata bakat itu bukan tentang melukis, menari, menyanyi, tapi termasuk juga SIFAT yang PRODUKTIF.Bakat adalah sifat produktif yang telah terpatri dalam diri seseorang sejak ia tercipta.
Bakat dan potensi unik anak merupakan potensi kekuatan PANCA INDRA dan BAKAT SIFAT.
Kelompok bakat, potensi panca indera ini terdiri dari lima belas kelompok, diantaranya:
1. Akting
2. Merawat Kecantikan
3. Memperagakan Busana
4. Menari
5. Seni Musik
6. Bernyanyi
7. Seni Lukis
8. Memasak
9. Olahraga
10. Keterampilan Fisik
11. Keterampilan Tangan
12. Kerajinan Tangan
13. Memelihara Lingkungan
14. Bercocok Tanam
15. Beternak
Sedangkan untuk BAKAT SIFAT terdiri dari tiga puluh kelompok, diantaranya:
1. Mengendalikan Orang
2. Mengatur Orang
3. Menengahi Konflik
4. Berjualan
5. Menyeleksi Orang
6. Mendidik
7. Memotivasi
8. Mewakili
9. Mengkomunikasikan
10. Merawat
11. Melayani
12. Membuat Visi
13. Membuat Strategi
14. Memasarkan
15. Mensintesis
16. Mencipta
17. Merancang
18. Menganalisis
19. Menata Keuangan
20. Memulihkan
21. Mengevaluasi
22. Meneliti
23. Menulis
24. Menginterpretasi
25. Menata Administrasi
26. Memproduksi
27. Menjaga Mutu
28. Menjaga Keselamatan
29. Mendistribusi
30. Mengoperasikan
Dari kedua bakat ini cobalah cari tahu mana yang paling cocok agar memahami dan memudahkan untuk mengenal bakat anak.
Cara mengenali bakat anak
Ada berbagai cara untuk mengenali bakat anak kita. Simak, yuk, penjelasannya di bawah ini!a. Memahami potensi diri dan bakat
Usahakan seorang ibu telah memahami bakat dan potensi dirinya sendiri agar lebih tahu cara mengenal potensi dan bakat anak."Enjoy, Easy, and Excellent"
Ketiga hal ini perlu diperhatikan sehingga saat salah satusatu tersebut ada pada anak, maka orang tua dapat menangkap sinyal tersebut.
b. Melakukan beragam aktivitas
Lakukan kegiatan anak dengan beragam
aktivitas. Setelah itu, anak bisa mulai dikenalkan dengan sebuah aktivitas berbeda setiap harinya.
c. Mendokumentasikan aktivitas anak
Cobalah orang tua, khususnya ibu melakukan dokumentasi setiap aktivitas anak setiap harinya.
d. Komunikasi tentang kegiatan yang sudah dilakukan
Ajak anak untuk berdiskusi, alirkan perasaannya setelah beraktivitas seharian.
"Bagaimana perasaaan kakak saat melakukan kegiatan tadi?"
"Ada ide lain atau tidak untuk kegiatan kita minggu depan?"
Itulah beberapa contoh diskusi dengan anak. Berkomunikasilah dengan buah hati tercinta.
e. Mencatat hasil observasi selama menemani anak
Catat hasil observasi selama menemani anak bisa ditulis pada jurnal atau portofolio anak. Tuliskan juga bagaimana respon anak saat melakukan aktivitasnya.
Apakah responnya berbinar-binar, biasa saja, tidak suka, atau menagih ingin mengulangi aktivitas yang sama?
f. Melakukan beragam aktivitas secara continue
Untuk membuat aktivitas anak yang kaya, kegiatannya angan hanya dilakukan sekali saja, tetapi bisa dilakukan secara continue.
Bisa saja respon anak berbeda saat melakukan kegiatan yang sama pada saat pertama, kedua, ketiga dan selanjutnya. Jangan buru-buru melabeli anak berbakat karena diperlukan OBSERVASI yang BERKELANJUTAN.
Kunci mengoptimalkan potensi dan bakat anak
Jika orang tua ingin berubah dan mengetahui potensi anak lebih dalam, maka, harus meluangkan waktu untuk mendampingi dan menemani tumbuh kembangnya. Jangan sampai anak sibuk dengan kegiatannya dan orang tua pun sibuk juga dengan urusannya.
a. Menemani atau mendampingi anak
Menemani dan mendampingi anak berarti raga, jiwa dan pikiran ikut terlibat dalam aktivitas yang anak lakukan.
"Sudahkan menemani dan mendampingi anak dengan baik?"
Sebagai contoh, saat anak sedang mencorat-coret tembok, eh, orang tuanya malah marah karena tembok menjadi kotor karena aktivitas anaknya.
Nah, hal ini tidak termasuk kategori menemani dan mendampingi anak. Sebenarnya anak mencorat-coret tembok adalah untuk menyalurkan kreativitasnya. Jadi sebaiknya jangan terbawa emosi saat anak melakukan hal ini.
Contoh lainnya, saat anak bermain puzzle, orang tuanya ikut menemani di sampingnya sambil memperhatikan, tetapi sambil memegang gawai dan mengirim pesan WA.
Hal ini bukanlah menemani dan mendampingi anak dengan benar. Adakah Sahabat Catatan Leannie yang seperti ini di rumah? Semoga nanti tidak mengulangi hal seperti ini lagi, ya.
b. Mengenal anak lebih dekat
Dari yang saya amati, sih, anak saya tipe yang serba ingin tahu. Dia sering bertanya banyak hal dan pertanyaannya sering kali diulang-ulang.Anak saya tipe pengamat, dia suka naik mobil dan memperhatikan logo mobilnya. H untuk Honda dan S untuk Suzuki. Dia sudah hapal kedua huruf ini.
Ketika sedang berada di mobil saat bepergian, dia selalu menunjuk ke arah luar.
"Ma, itu Honda, Honda apa itu?"
"Ma itu Suzuki, Suzuki apa itu?"
"Ma itu Suzuki, Suzuki apa itu?"
Sebagai ibunya saya harus mengamati jenis mobilnya, karena kalau saya belum jawab dia akan terus bertanya seperti itu. Pertanyaan akan diulang sebelum saya jawab tipe mobilnya. Ah, anakku ini, kadang lucu, deh.
c. Komunikasi
Setelah menemani dan dan mendampingi aktivitas anak, maka saat itulah seorang ibu bisa mengenal buah hatinya. Jangan lupa untuk berkomunikasi sama anak alias ngobrol.Cobalah menanggapi apa yang telah anak sampaikan. Dengar dan simak dengan baik apa yang anak katakan. Meskipun seringkali bertanya hal sama setiap harinya. Contohnya anak saya yang tiap hari bertanya seperti ini.
"Hari apa ini, Ma?"
"Itu Azan di masjid mana?"
"Salat apa ini, Ma?"
Setiap hari pasti ditanyakan hal ini sama anakku. Rabbi Habbli Minash Shalihin. Moga jadi anak saleh, ya, Nak. Aamiin.
Jadi, untuk anak dengan usia di bawah sepuluh tahun, menurut Ina Nurhidayah, orang tua perlu memfokuskan terlebih dahulu tentang menemani dan mendampingi aktivitas anak.
Menemani, atau Mendampingi, Mengenal, dan Komunikasi adalah tiga kunci sukses mengoptimalkan potensi dan bakat anak.
Semuanya perlu berjalan secara beriringan. Jika ada salah satu hal yang tidak berjalan, maka hasilnya tak akan sempurna.
Tanpa menemani dan mendampingi anak maka orang tua tak akan mengenal anaknya. Tanpa berusaha untuk mengenal maka akan susah untuk mendampingi.
Enggan menemani dan mengenal anak bisa dipastikan tak akan luwes ketika berkomunikasi dengan buah hati. (Ina Nurhidayah)
"Bagaimana caranya kita bisa tahu potensi anak?"
Jawabannya ternyata sederhana.
Tugas orang tua adalah memfasilitasi bahwa anak itu unik dan spesial, sehingga orang tua jangan sampai memaksakan kehendak terhadap anaknya. Dalam artian anak harus sesuai dengan impian orang tua, karena belum tentu bakat dan potensi anak sejalan dengan yang diinginkan orang tuanya.
Baca juga : Jangan Melimpahkan Mimpi yang Belum Usai pada Anakmu
Jangan membandingkan anak dengan yang lainnya, karena anak Kita pun pasti punya kelebihan yang mungkin tidak dimiliki anak lain.
Selamat menemani dan mendampingi perkembangan anak. Semoga sebagai seorang ibu mampu mengenal anak dengan baik sehingga dapat mengoptimalkan bakat dan potensinya.
Salam,