Semarang pernah menjadi sepenggal cerita dalam hidupku. Mengikuti suami bekerja di sana beberapa bulan, membuat saya menjelajahi sebagian objek wisata di sini.
Di tahun 2017 yang lalu, saya akan berbagi cerita saat menghabiskan waktu weekend di Simpang Lima Semarang. Dua kali sudah mengunjungi Simpang Lima, tetap menyenangkan bagi kami untuk menghabiskan waktu di sini.
Di tahun 2017 yang lalu, saya akan berbagi cerita saat menghabiskan waktu weekend di Simpang Lima Semarang. Dua kali sudah mengunjungi Simpang Lima, tetap menyenangkan bagi kami untuk menghabiskan waktu di sini.
Simpang Lima merupakan pusat kota Semarang yang selalu ramai dikunjungi banyak orang. Sebuah lapangan luas yang terletak di pusat kota, yang disebut juga Lapangan Pancasila.
Diberi nama Simpang Lima karena menjadi pertemuan dari lima jalan yang menyatu, yaitu Jl. Pahlawan, Jl. Pandanaran, Jl. Ahmad Yani, Jl. Gajah Mada dan Jl A Dahlan.
Saya, suami dan anak yang berusia satu tahun setengah mengunjungi Simpang Lima Semarang setelah suami pulang kerja di hari sabtu, berhubung weekend, Simpang Lima sudah ramai dikunjungi orang banyak.
Suasana di sana sudah ramai dikunjungi banyak orang. Jelang maghrib, anak saya bermain mobil-mobilan di lapangan Simpang Lima. Edisi ngasuh pokoknya kalau jalan-jalan bareng dia.
Berfoto di Alun-Alun Kota Semarang
Saya juga sempat berfoto di depan Simpang Lima Semarang. Entah kenapa di spot ini mau berfoto pun harus antri terlebih dahulu. Mungkin banyak diantara pengunjung yang ingin bertoto di sini juga, termasuk saya.
Berfoto di Simpang Lima Semarang
Setelah salat maghrib, kami sekeluarga melihat kendaraan hias dengan lampu warna-warni. Anak kami pun sepertinya tertarik untuk menaikinya. Sabar, ya, Pak Su, tarik terus ... gowes terus, ya, sambil mengelilingi lapangan Simpang Lima.
Jalan-jalan yang sederhana tapi cukup menyenangkan buat kami sekeluarga. Sepanjang jalan penuh kenangan di tempat Simpang Lima Semarang.
Menjelang azan Isya, kami salat terlebih dahulu di mesjid Simpang Lima yang letaknya bersebrangan dengan lapangan. Setelah itu, waktunya menikmati kuliner malam di Simpang Lima.
Meski tak sempat mengabadikan kuliner di sini, saya memesan wedang ronde yang rasanya hangat dan enak. Makanan berderet sepanjang jalan di Simpang Lima, ada tempat tersendiri untuk menikmati kuliner malam di sini.
Saya memesan ayam bakar, sedangkan suami memesan soto ayam, harganya cukup bersahabat, meski saya tertarik untuk makan lesehan, namun karena tempatnya sudah penuh saya makan di kursi yang sudah disediakan di sana.
Lewat Isya, kami menyudahi jalan-jalan di Simpang Lima. Meski sederhana tapi bagiku ini amat berkesan, karena kebersamaan dengan keluarga adalah yang utama.
Buat para suami, engkau boleh bekerja dengan sungguh-sungguh, namun jangan lupa untuk menyisihkan sebagian waktu bagi keluargamu, karena merekalah alasanmu bekerja keras selama ini.